Sabtu, 30 Maret 2013

Penalaran

PENALARAN Pengertian Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau ebidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Proposisi Proposisi yaitu pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. Proposisi selalu berbentuk kalimat , tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya. Inferensi dan Implikasi Kata inferensi berasal dari kata latin inferred yang berarti menarik kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari kata latin, yaitu dari kata implicare yang berarti melihat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Wujud Evidensi Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentative adalah evidensi. Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Cara Menguji Data Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus nerupakan fakta, sebab itu perlu diadakan pengujian data, yaitu : observasi fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan seorang pengarang atau penulis, maka pengarang perlu mengadakan observasi untuk mengecek data atau informasi itu. Sesudah mengadakan observasi, pengarang dapat menentukan sikap apakah informasi atau data itu sesungguhnya merupakan fakta atau tidak, atau barangkali hanya sebagian saja yang benar sedangkan sebagian lain hanya didasarkan pada perasaan dan prasangka para informan . b kesaksian untuk memprkuat evidensi , mereka dapat mempergunakan kesaksian-kesaksian orang lain yang telah mengalami sendiri peristiwa tersebut. Yang dimaksud dengan kesaksian disini tidak hanya mencakup apa yang didengar langsung dari seseorang yang mengalami suatu peristiwa, tetapi juga diketahui melalui buku-buku, dokumen-dokumen, dan sebagainya . c. autoritas yakni pendapat dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelediki fakta-fakta itu dengan cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu. Autoritas dengan demikian dapat diartikan sebagai kesaksian ahli yang diberikan oleh seseorang, sebuah komisi, atau suatu badan atas kelompok yang dianggap berwewenang untuk itu. Cara Menguji Fakta Harus diadakan seleksi untuk menentukan fakta-fakta mana yang dapat dijadikan evidensi dalam argumentasi itu. a. Konsistensi Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasuf yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada sati evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang lalin. b. Koherensi Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Cara Menilai autoritas Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa pokok berikut : a. Tidak mengandung prasangka Artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data-data eksperimentalnya. b. Pengalaman dan pendidikan autoritas Pendidikan yang diperolehnya menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya tadi . c. Kemashuran dan prestise Factor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. d. Koherensi dengan kemajuan Hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.

Deduktif

Silogisme Kategorial: Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh : Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor). Akasia adalah tumbuhan (premis minor). Akasia membutuhkan air (Konklusi) Silogisme Hipotesis : Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial . Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam , yaiu : Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent. Contoh : Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor ) Hari ini cerah ( premis minor ) Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ). Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen Contoh : Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor ) Sekarang terjadi global warming ( premis minor ) Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ). Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent Contoh : Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak akan maksimal pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen Contoh : Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan Para demonstran akan turun ke jalan Jadi presiden Mubarak tidak turun. Silogisme Alternatif: Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh: Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor. Nenek Sumi berada di Bandung. Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor. Entimen Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Contoh entimen: Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu. Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

Induktif

Induksi / induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses penalaran deduktif. Proses penalaran induktif dapat dibedakan lagi menjadi : Generalisasi Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena-fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki. Generalisasi dapat dibedakan menjadi generalisasi yang berbentuk loncatan induktif dan bukan loncatan induktif. Hipotesis & Teori Generalisasi dan hipotese memiliki sifat yang tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Dan sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan pada fenomena-fenomena yang releven atau sejenis. Analogi Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain. Hubungan Kausal Hubungan antara sebab dan akibat (hubungan kausal) didalam dunia modern ini, kadang-kadang tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak berarti bahwa apa yang dicatat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama sekali. Pada umumnya hubungan kausal ini dapat berlangsung dalam tiga pola berikut : sebab ke akibat, akibat kek sebab, dan akibat ke akibat.